
Makanan Halal Mempengaruhi Sholihnya Amal
يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
“Allah berfirman : Wahai para Rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan, sungguh Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”.
(Al-Mukminun : 51)
Tidak dapat dipungkiri, setiap makhluk hidup pasti membutuhkan makan dan minum, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Terlebih manusia, untuk menopang kehidupannya manusia tidak bisa lepas dari makanan. Tentu bukan sembarang makanan yang boleh dikonsumsi, sudah seharusnya manusia memperhatikan apa yang dikonsumsinya sehari-hari.
Mengenai makanan, Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ telah memberikan rambu-rambu antara yang halal dan haram, serta yang thoyyib (baik) dan khobits (buruk) di banyak tempat di dalam firman-Nya dan juga hadits Rasulullah ﷺ. Tentu banyak hikmah dibalik peraturan yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan tentang makanan. Allah ﷻ berfirman :
يا أيّها الرّسل كلوا من الطّيبت واعملوا صالحا
“Wahai para Rasul ! makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS. Al-mukminun : 51 )
Ibnu Katsir manafsirkan tentang ayat ini, “bahwasanya Allah ﷻ memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang diutus ‘Alaihimush Sholatu Wassalaam untuk memakan makanan yang halal serta menegakkan keshalihan amal. Maka makna ayat ini menunjukkan bahwa memakan makanan halal itu membantu terlaksananya amal sholih. Dengan perintah ini, para nabi mampu menunaikan amal sholih dengan sangat sempurna. Dalam diri-diri mereka terhimpun kesesuaian antara ucapan, amal, petunjuk, dan nasehat”.
Mengenai firman-Nya “Wahai para Rasul! makanlah dari makanan yang baik-baik..”, Al-Hasan Al-Basri berkata, ‘Demi Allah, mereka tidak diperintahkan untuk memakan makanan yang berwarna kuning, tidak warna merah, dan tidak yang manis-manis, serta tidak pula yang masam-masam melainkan Allah menyuruh memakan makanan yang halal’.
Masyaallah, begitu banyak diantara kita yang tidak menyadari keterkaitan antara makanan yang dikonsumsinya dengan amalan yang diperbuatnya. Bahwasannya memakan makanan yang halal itu membantu terlaksananya amal sholih, namun banyak diantara kita yang enggan untuk memperhatikan apa yang dikonsumsinya.
Terlebih di zaman sekarang, bagaimana kemajuan teknologi yang begitu cepat memberikan pengaruh yang besar terhadap inovasi makanan yang disajikan. Sampai-sampai halal dan haram tidak menjadi prioritas yang diperhatikan.
Wajarlah jika amal sholih begitu berat dilaksanakan, ketaatan semakin ditinggalkan, dan kejahatan begitu merajalela di segala lini kehidupan.
Sudah saatnya kita bersikap hati-hati terhadap makanan atau minuman yang kita konsumsi. Mari sedini mungkin kita jaga diri kita, keluarga kita, dan masyarakat dari segala bentuk makanan yang haram maupun makanan yang syubhat. Semoga Allah ﷻ senantiasa menjaga kita dari segala bentuk kemaksiatan dan meringankan kita untuk melaksanakan ketaatan dengan menghindarkan kita dari makanan yang haram. Waallahu a’lam bisshowab. (muhammadshiddiq/darululumbogor.com)